Apa yang kalian pikirkan jika suatu ketika melihat seorang gadis yang sebentar lagi menjadi sarjana (Aamiin) menangis didepan kelas ketika sedang mempresentasikan suatu hal?
Pertanyaan utamanya, aneh kah? Memalukan kah? Atau mungkin biasa kah?
Adalah suatu kebanggaan ketika ditunjuk menjadi petugas upacara menandakan bahwa kita lah salah satu yang terpilih. Sewaktu duduk di bangku SD aku memang terbiasa menjadi petugas upacara, menaikkan bendera, menjadi dirjen, membawakan map pancasila akan tetapi tidak untuk berbicara. Suatu saat aku terpilih menjadi petugas upacara untuk membacakan janji siswa. Sebelum upacara berlangsung kami para petugas upacara berlatih dulu sebelum akhirnya upacara dimulai. Upacara berlangsung dan tibalah waktunya pembacaan janji siswa. Lutut, badan dan bahkan bibirku bergetar hebat. Setelah map terbuka dan membacakannya suaraku bergetar hebat membuat seluruh warga sekolah tertawa menertawakan kebodohanku. Alangkah memalukannya saat itu, persiapan kecil yang sudah dilakukan terasa sia-sia. Bagaikan "karena nila setitik rusak susu sebelangga". Menjadi petugas upacara yang seharusnya menjadi suatu kebanggaan harus menjadi momok yang menakutkan. Semua mata orang-orang tertuju padaku, guru-guruku, teman-temanku, kakak kelasku semua menertawakanku menjadikanku suatu bahan olok-olok. Aku mungkin bisa dibilang memiliki kecemasan setiap menjadi pembicara disuatu perkumpulan alias demam panggung. Jangankan untuk acara resmi untuk acara santai saja terkadang aku canggung. Pernah saat di bangku SD guru menyuruhku untuk menyelesaikan presentasiku saat suatu ketika ketika aku berada di depan kelas badanku gemetar, mukaku merah dan tiba-tiba banyak bintik-bintik seperti demam berdarah di tubuhku. Pernah juga sewaktu aku SMA, sewaktu ambil nilai tambahan ujian Praktik Mata pelajaran Bahasa Inggris dengan menyanyikan satu lagu bahasa inggris "In a Rush", suaraku bergetar dan aneh membuat waktu itu menjadi benar-benar IN A RUSH. Suatu ketika saat pacarku berulang tahun dan memberikannya surprise, saat membawakan kue padanya tanganku dingin dan bergetar membuat kue yang kupegang seakan-akan hendak jatuh.
Aku pikir semua itu sudah dapat aku atasi. Tapi ternyata kini terjadi lagi,
Saat aku terpaksa mewakili kelompok untuk mempresentasikan suatu contoh kasus dari suatu mata kuliah 2 SKS. Mewakili teman-temanku yang tidak masuk dan pergi ke toilet.
Aku benci pemaksaan! Aku takut! Aku belum siap! Aku tidak mengerti! Bukan aku yang membuat tugas itu!
Aku takut saat dosen memanggil namaku, dan secara tidak langsung dosen dan beberapa temanku memaksaku untuk maju ke depan kelas. "Aku gak bisa, aku gak mau maju, aku gak ngerti", jawabku, Dengan langkah bimbang, akhirnya aku maju ke depan kelas. Ketika itu aku langsung duduk didepan kelas dan ternyata dosen menyuruhku berdiri. Aku berdiri dan bersandar pada tempat OHP, mencoba menutupi kekhawatiranku, ketakutanku dan rasa grogi yang ada. Membacakannya sekaligus mencoba memahami kertas bacaan yang sebelumnya sudah di kumpulkan ke dosen. Awalnya lancar-lancar saja, mencoba menjelaskannya ke semua teman-teman. Mencoba keluar dari text book berarti mencoba untuk tidak terpaku pada bacaan. Disuatu part, ketika aku sedang menjelaskan tiba-tiba aku mengeluarkan kata-kata yang salah. Dosen menyuruhku untuk tidak bersandar akhirnya aku melakukannya. Aku takut saat aku mengeluarkan kata-kata yang salah, takut penjelasanku tidak dimengerti oleh teman-temanku. Akhirnya aku melakukan teks book, lanjut membacakannya. Ketika melihat teman-teman yang sedang memperhatikanku tiba-tiba aku merasa cemas dan takut. Apalagi disana tidak ada kelompokku, hanya ada aku temanku sedang pergi ke toilet. Aku takut teman-teman dan dosen bertanya suatu hal tentang bacaan tadi, suatu hal yang tidak mereka mengerti. Aku takut, aku tidak mengerti isi bacaan itu secara keseluruhan. Aku takut salah jawab, aku takut memberikan informasi yang salah kepada teman-temanku. Aku takut dosen memarahiku karena aku tidak bisa menjawab pertanyaan dan tahu bahwa bukan kelompok lah yang mengerjakan tugas itu. Tiba-tiba pikiran itu terus berputar dikepalaku. Sambil terus membacakannya, ternyata terjadi lagi. Kepanikan muncul, tanganku bergetar, kertasku bergetar, dan suaraku pun ikut bergetar. Menahan itu semua membuat membuatku menitikkan air mata hingga akhirnya aku mengakhiri bacaan itu. Selesai, diiringi dengan tepuk tangan dari teman-teman. Aku tak mengerti apa maksud tepuk tangan dari mereka. Tapi terima kasih teman-teman
Kenapa Cahyandaru? Kenapa Cad? Kenapa cha? Udah-udah gak apa-apa.Aku ingin menjawab semua pertanyaan dosen dan beberapa temanku. Tapi tidak bisa, aku malu, aku ingin menangis dulu walau sejenak. Aku tak tahu apa yang ada dipikiran teman-temanku. mereka pasti ingin tahu kenapa tiba-tiba aku menangis di depan kelas.
Mungkinkah mereka menganggapku aneh?Mungkinkah mereka mengira aku melihat makhluk asral di dalam kelas sehingga membuatku takut dan menangis. Mungkinkah mereka menganggapku takut karena dosen menyuruhku untuk tidak bersandar saat presentasi.
Tidak teman-teman, maaf membuat kalian bingung. Aku tidak apa-apa teman-teman. Aku hanya takut salah, aku takut memberikan penjelasan yang salah ke kalian. Aku tidak ingin apa yang ingin aku sampaikan, tidak tersampaikan ke kalian. Aku grogi, aku takut, aku tidak suka dipaksa saat aku tidak ingin melakukan suatu hal apalagi aku sesuatu yang mendadak tanpa persiapan dan tanpa mengerti bacaan (dengan persiapan saja aku grogi). Maaf teman-teman...
Aku ingin sekali terhindar dari ketakutanku, phobiaku... Suatu saat nanti, aku yakin!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar